Pada saat ini, untuk mencari pekerjaan memang sangatlah sulit. Apalagi, jika jenjang pendidikan yang kita tempuh tidak sampai ke bangku kuliah. Sehingga mau tidak mau, kita harus berusaha sendiri sekeras mungkin agar bisa mencari nafkah untuk kelangsungan hidup kita dan orang-orang yang kita sayangi.
Seperti kisah seorang kepala keluarga yang sempat kami wawancarai beberapa waktu belum lama ini. Lelaki paruh baya ini bernama Bapak Samingan. Beliau dan keluarganya tinggal di Dusun Karang Kalasan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman di sebuah rumah yang sederhana. Waktu itu sore hari, ketika kami datang untuk mewawancarai beliau, yang hendak pergi mencari nafkah. Cuaca cukup lembab setelah hujan deras yang turun di wilayah itu. Memang, hujan sering turun akhir-akhir ini. Tapi itu tidak mengurungkan niat kami untuk berbincang-bincang dengan beliau.
“Selamat sore, Pak. Assalaamu’alaikum! Maaf Pak, apakah kedatangan kami ini mengganggu Bapak??”
“Wa’alaikum salaam. Mari sini Nak, masuk ke rumah, silakan, nggak mengganggu kok!! Ada apa ini, kok habis hujan begini datang ke sini??”
“Terima kasih, Pak! Begini, saya WNS, dan ini teman saya, HNA. Kami berdua kemari yang pertama untuk silaturahmi dengan Bapak dan keluarga, lalu yang kedua kami mau berbincang-bincang dengan Bapak. Apakah Bapak berkenan?”
“Oh, begitu. Nggak apa-apa Nak. Silakan mau bertanya apa saja boleh!”
“Pertama-tama kami mau bertanya siapa nama Bapak??”
“Oh, saya namanya Pak Samingan?”
“Bapak asli sini atau tidak? Dan umur bapak berapa?”
“Bapak ini dari Ngadiro, Wonogiri, Nak. Dan dulu itu lahir tanggal berapa ya?? Bapak lupa. Mmmm... Maklum sudah tua. Kalau tidak salah tanggal 19 Mei, tapi Bapak lupa tahun berapa. Mungkin umur saya sudah 40 tahunan Nak.”
“Keluarga Bapak sekarang bagaimana Pak?”
“Kalau orang tua saya saat ini masih hidup, bapak saya bernama Pak Riman, dan ibu saya namanya Bu Sumiyem. Istri saya namanya Bu Semiyati, umurnya kalau tidak salah 5 tahun lebih muda dari saya. Dan kami punya dua orang anak. Yang pertama namanya Agung. Umurnya 12 tahun, sekarang kelas 6 SD. Yang kedua Yusuf umurnya 1,5 tahun. Alhamdulillah sekarang semuanya sehat-sehat saja.”
“Untuk memenuhi kebutuhan Bapak dan keluarga, setiap hari Bapak pekerjaannya apa?”
“Bapak ini setiap harinya ya cuma jualan bakso. Kalau malam jualan bakso, lalu siangnya jadi buruh tani di sawah.”
“Terus yang buat baksonya siapa Pak?”
“Ya istri Bapak. Waktu Bapak di sawah, dia buat bakso, terus saya yang jualan. Ini Bapak mau berangkat. Kalian mau mencicipi dulu?”
“Wah, nggak usah Pak, kami cuma sebentar lagi kok. Ngomong-ngomong dari hasil pekerjaan itu apakah sudah mencukupi Pak?”
“Yaa, itu semua sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan kami. Diusahakan bisa cukup.”
“Kenapa tidak cari pekerjaan di perusahaan atau di pabrik saja Pak? Di dekat sini kan banyak Pak.”
“Lha wong Bapak ini dulu cuma lulusan SMP kok Nak! Dan senang nggak senang, Bapak cuma punya keterampilan ini. Jadi, ya sudah begini saja. Kan sudah jadi kewajiban Bapak sebagai kepala keluarga. Yang penting nyarinya halal.”
“Jadi begitu.... Begini Pak, besok itu belum lama lagi kan ada pilkada, Bapak ini menginginkan pemimpin yang bagaimana Pak?”
“Kalau Bapak sih inginnya cuma pemimpin yang jujur, adil, dan bisa menyejahterakan rakyat, termasuk rakyat kecil.”
“Oo.. Begitu! Tapi kalau melihat pemerintahan yang sekarang ini apakah Bapak sudah puas?”
“Ya belum dong Nak! “
“Kenapa Pak?”
“Lha sekarang ini apa-apanya mahal, gak sesuai dengan hasil penjualan Bapak.”
“Lalu, apa kritik atau masukan Bapak untuk pemerintah yang akan datang Pak?”
“Ya kalau bisa keadaannya bisa normal lagi seperti jaman sebelum krisis moneter dulu.”
“Ooo. Memang sebelum krismon itu saya dengar semuanya cukup enak, tapi setelah itu kok sepertinya berubah sama sekali ya Pak! Ya sudah Pak, sampai sini saja kita berbincang-bincang. Terima kasih banyan ya Pak! Assalaamu’alaikum!”
“Ya Nak, sama-sama. Wa’alaikum salam.”
Tak terasa sudah cukup lama kami mewawancarai Bapak Samingan. Seorang kepala keluarga yang ramah dan tetap berjuang tanpa kenal lelah untuk mencari nafkah, meskipun dengan segala keterbatasan yang beliau miliki. Kita patut mencontoh semangat beliau. Di umur kita yang masih muda ini, tentunya masih banyak waktu yang kita miliki. Sehingga tak ada alasan untuk bermalas-malasan. Gunakan kesempatan yang ada. Manfaatkan peluang yang dimiliki.
No comments:
Post a Comment